TryMediaDigital.com, Jakarta, 04 Februari 2025 – Jakarta tengah bersiap menapaki usia ke-500 tahun pada 2027 dengan visi besar: menjadi salah satu dari 20 kota global terkemuka di dunia pada 2045. Untuk mencapai tujuan tersebut, industri kreatif, khususnya perfilman, menjadi salah satu pilar utama dalam transformasi ibu kota.
Komitmen ini ditegaskan dalam acara “Malam Insan Film – Menuju Kota Global Kota Sinema”, sebuah gala dinner yang digelar di Balai Kota pada 4 Februari 2025. Acara ini merupakan rangkaian dari Festival Film Tempo 2025, yang puncaknya adalah malam penghargaan pada 5 Februari 2025 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.
Jakarta dan Perfilman: Fondasi Kuat Menuju Kota Global
Festival Film Tempo tahun ini semakin istimewa dengan adanya kolaborasi antara Tempo Group dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Langkah ini bertujuan untuk mempercepat target Jakarta masuk 20 besar kota dunia melalui berbagai kajian dan program, salah satunya pengembangan ekosistem perfilman.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi, menegaskan bahwa industri film bukan sekadar hiburan, tetapi juga penggerak ekonomi kreatif yang berkontribusi terhadap transformasi Jakarta menjadi kota global.
“Jumlah penonton film Indonesia pada 2024 mencapai 70 juta orang. Ini membuktikan bahwa film bukan hanya hiburan, tetapi juga cerminan budaya dan dinamika masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Data ekonomi menunjukkan peran penting industri ini. Subsektor film, animasi, dan video di Jakarta tumbuh 6,22 persen pada 2024, lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Jakarta secara keseluruhan yang mencapai 5,04 persen.
Sejarah Perfilman Jakarta: Dari Masa Lalu ke Era Digital
Jakarta memiliki sejarah panjang dalam industri perfilman. Bioskop pertama di Hindia Belanda berdiri pada 1900, dan kini industri filmnya berkembang pesat dengan teknologi modern seperti Computer Generated Imagery (CGI). Film-film legendaris seperti Nyai Dasima, Si Doel Anak Sekolahan, Janji Joni, hingga film-film modern yang sukses secara nasional dan internasional, semakin mengukuhkan Jakarta sebagai latar cerita dan inspirasi bagi sineas.
Melihat potensi besar ini, Teguh Setyabudi mengajak insan perfilman untuk berkolaborasi membangun Jakarta sebagai kota film.
“Kami membuka pintu selebar-lebarnya bagi para sineas untuk membangun ekosistem perfilman yang lebih maju,” paparnya.
Film Sebagai Identitas Budaya dan Diplomasi Global
Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya menekankan bahwa industri film berperan dalam memperkuat identitas budaya serta daya saing Indonesia di tingkat global.
“Film bukan sekadar hiburan, tetapi juga alat diplomasi internasional yang membawa produk ekonomi kreatif Indonesia ke dunia,” jelasnya.
Ia mengungkapkan bahwa dalam survei Januari 2025 tentang program prioritas pemerintahan Prabowo-Gibran, ekonomi kreatif menempati posisi keenam dari 36 program yang disurvei.
“Dari 82 juta penonton bioskop sepanjang 2024, sebanyak 65 persen menonton film Indonesia. Ini membuktikan kepercayaan publik terhadap industri ini,” tambahnya.
Namun, ia juga menyoroti berbagai tantangan, seperti akses pembiayaan, perizinan produksi, serta perlindungan hak kekayaan intelektual terhadap pembajakan digital. Pemerintah berkomitmen untuk memberikan dukungan melalui insentif, pelatihan, dan penguatan ekosistem perfilman dengan pendekatan hexahelix, yang melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, komunitas, media, dan lembaga keuangan.
Belajar dari Hollywood: Jakarta sebagai Kota Sinema
Direktur Utama Tempo, Arief Zulkifli, menegaskan bahwa sinema memiliki peran besar dalam membangun citra sebuah kota. Ia mencontohkan bagaimana Los Angeles dikenal dunia berkat lebih dari 390.000 film yang berlatar kota tersebut.
“Melalui film, sebuah kota bisa dikenal luas, bahkan oleh mereka yang belum pernah mengunjunginya. Contoh lain adalah ‘Hawaii Five-O’, serial detektif yang didanai oleh pemerintah Hawaii untuk mempromosikan kotanya,” jelas Arief.
Jakarta juga memiliki potensi serupa. Film-film seperti Si Doel Anak Sekolahan, Taksi, dan Bulan dalam Baskom telah menjadikan Jakarta sebagai latar cerita yang kuat.
“Ini baru permulaan. Ke depan, Jakarta bisa semakin dikenal sebagai kota film global,” tambahnya.
Dengan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku kreatif, Jakarta berpeluang mencontoh Los Angeles dan Hawaii dalam membangun branding kota melalui industri film.
“Saya sangat mengapresiasi ajakan kolaborasi dari Pak Penjabat Gubernur dan seluruh jajarannya. Ini kesempatan besar bagi kita untuk menciptakan ide-ide baru guna mewujudkan Jakarta sebagai kota sinema,” pungkas Arief.
Gala Dinner: Ajang Silaturahmi Insan Film dan Pejabat Negara
Gala dinner ini dihadiri oleh berbagai tokoh, pejabat, dan insan perfilman, termasuk:
✅ Wakil Gubernur Jakarta terpilih, Rano Karno
✅ Gubernur DKI periode 1997-2007, Sutiyoso
✅ Pelaksana Tugas Gubernur DKI 2016-2017, Soni Sumarsono
✅ Aktor senior dan sutradara, Slamet Rahardjo
✅ Aktor Ario Bayu
✅ Artis Chelsea Islan, serta banyak lagi.
Dengan komitmen besar dari berbagai pihak, Jakarta semakin mantap melangkah menuju kota global dengan industri film sebagai salah satu motor penggeraknya. (Amelia)
Tinggalkan Balasan